Name : Prima Wanodya Tama
No : 32
Class : XE
RORO ANTENG
Roro Anteng Hundreds years ago, during the reign of the last king of Majapahit, Brawijaya one of the King’s wive gave birth to a girl who was named Roro Anteng. Later this young princes married Joko Seger who came from a Brahman caste. Because of unfortunately situation the couple was forced to leave the kingdom. They settled down in the mountain area. The ruled the area named it Tengger, which derived from the couple’s names: Roro Anteng and Joko Seger. After several years the region flourished in prosperity, but Roro Anteng and Joko Seger were unhappy because they did not have a child. Frustated, they climbed the top of the mountain and prayed night and day that the gods would listen. The prayer was heardand Bathoro Bromo promised then many children. However the couple had to promise that they would sacrifice their youngest child in return. Roro Anteng gave birt to a child then another and another. In the end they had 25 children. Soon it was for them to sacrifice the youngest child, Kesuma. But the parents just could not do it. They tried to hide the child, but an eruption happened and Kesuma fell in to the crater. There was silence before they heard a voice: “I have to be sacrificed so that you will all stay alive. From now on you should arrange an annual offering ceremony on the 14’h of Kesodo (the twelfth mont of Tenggerese calendar)”. It was Kesuma voice. Kesuma’s brothers and sisters held the offering ceremony every year. Instead of a human being, these people collected fruit vegetables, rice, and meat to be offered to the gods.and this has been done generation until today.
Translate : Roro Anteng Ratusan tahun yang lalu selama pemerintahan raja Majapahit, brawijaya salah seorang istri raja memberi kelahiran sseorang gadis yang bernama Roro Anteng. Kemudian putrid muda itu menikah dengan Joko Seger dimana dia berasal dari golongan brahmana karena situasi yang tak beruntung, dengan terpaksa sepasang suami istri ini harus meninggalkan kerajaan. Mereka memutuskan turun kedaerah gunung daerah yang dikuasainya ini bernama Tengger dimana nama pasangan ini yaitu Roro Anteng dan Joko Seger. Setelah beberapa tahun kemudian daerah tersebut berkembang menjadi makmur, tetapi Roro Anteng dan Joko Seger tidak bahagia karena mereka tidak mempunyai anak. Karena kecewa mereka mendaki gunung dan berdoa setiap malam dan setiap hari kepada Tuhan. Doanya dikabulkan dan Bhatoro Bromo berjanji akan memberikan beberapa anak, kemudian tidak lama mereka mempnyai anak tetapi sepasang suami istri tersebut mempunyai janji, mereka akan mengorban kan anak bungsunya. Roro Anteng mengorbankan anak yang lain dan yang lainnya. Akhirnya mereka mempunyai 25 anak. Kemudian dia harus mengorbankan anak bungsunya, Kusuma. Tetapi orang tuanya tidak merelakannya. Mereka mencoba untuk
menyambunyikan anaknya, tetapi ada letusan yang terjadi dan Kesuma jatuh ke dalam kawah. Disana mereka teriam sebelum mendengar suara:”Saya mempunyai pengorbanan sebelum kau meninggalkan semua. Dari sekarang kamu akan menyusun upacara persembahan setiap tanggal 14 di Kesodo (bulan 12 dikalender Tenggerese)”. Kata Kesuma. Saudara laki-laki dan saudara perempuan Kesuma merayakan upacara persembahan setiap tahun. Sementara masyarakat menggantikan manusia, dengan buah-buahan,sayuran, padi, dan daging untuk persembahan kepada Tuhan. Dan sekarang dikerjakan dari generasi ke generasi.
No comments:
Post a Comment