Saturday, 7 February 2009

english:
High and lifted up
It was a windy day. The mailman barely made it to the front door. When the door opened, Mrs. Pennington said, "hello", but, before she had a real chance to say "thank you", the mail blew out of the mailman's hands, into the house and the front door slammed in his face. Mrs. Pennington ran to pick up the mail. "Oh my," she said. Tommy was watching the shutters open and then shut, open and then shut. "Mom," he said, "may I go outside?" "Be careful," she said. "It's so windy today." Tommy crawled down from the window-seat and ran to the door. He opened it with a bang. The wind blew fiercely and snatched the newly recovered mail from Mrs. Pennington's hands and blew it even further into the house. "Oh my," she said again. Tommy ran outside and the door slammed shut. Outside, yellow, gold, and red leaves were leaping from swaying trees, landing on the roof, jumping off the roof, and then chasing one another down the street in tiny whirlwinds of merriment. Tommy watched in fascination. "If I was a leaf, I would fly clear across the world," Tommy thought and then ran out into the yard among the swirl of colors. Mrs. Pennington came to the front porch. "Tommy, I have your jacket. Please put it on." However, there was no Tommy in the front yard. "Tommy?" Tommy was a leaf. He was blowing down the street with the rest of his play-mates. A maple leaf came close-by, touched him and moved ahead. Tommy met him shortly, brushed against him, and moved further ahead. They swirled around and around, hit cars and poles, flew up into the air and then down again. "This is fun," Tommy thought. The maple leaf blew in front of him. It was bright red with well-defined veins. The sun-light shone through it giving it a brilliance never before seen by a little boy's eyes. "Where do you think we are going?" Tommy asked the leaf. "Does it matter?" the leaf replied. "Have fun. Life is short." "I beg to differ," an older leaf said suddenly coming beside them. "The journey may be short, but the end is the beginning." Tommy pondered this the best a leaf could ponder. "Where do we end up?" "If the wind blows you in that direction," the old leaf said, "you will end up in the city dump."
"I don't want that," Tommy said. "If you are blown in that direction, you will fly high into the air and see things that no leaf has seen before." "Follow me to the city dump," the maple leaf said. "Most of my friends are there." The wind blew Tommy and the maple leaf along. Tommy thought of his choices. He wanted to continue to play. "Okay," Tommy said, "I will go with you to the dump." The winds shifted and Tommy and the leaf were blown in the direction of the city dump. The old leaf didn't follow. He was blown further down the block and suddenly lifted up high into the air. "Hey," he called out, "the sights up here. They are spectacular. Come and see." Tommy and the maple leaf ignored him. "I see something. I see the dump." The old leaf cried out. "I see smoke. Come up here. I see fire." "I see nothing," the maple leaf said. Tommy saw the fence that surrounded the city dump. He was happy to be with his friend. They would have fun in the dump. Suddenly, a car pulled up. It was Tommy's mom. Mrs. Pennington wasn't about to let her little boy run into the city dump. "Not so fast," she said getting out of the car. "You are not allowed to play in there. Don't you see the smoke?" Tommy watched the maple leaf blow against the wall and struggle to get over. He ran over to get it but was unable to reach it. Mrs. Pennington walked over and took the leaf. She put it in her pocket. "There," she said, "it will be safe until we get home." Tommy smiled, ran to the car and got in. He rolled down the back window and looked up into the sky. He wondered where the old leaf had gone. Perhaps one day he would see what the old leaf had seen - perhaps.



indonesia:
tinggi dan ditinggikan
Ini hari yang berangin.
Tukang Pos berdiri tepat di depan pintu. Ketika pintu dibuka, Ibu Pennington berkata, "hello", tetapi, sebelum dia memiliki kesempatan nyata untuk mengatakan "terima kasih", surat diletakkan dari tangan pak pos, ke rumah dan di depan pintu wajahnya penasaran. Ibu Pennington berlari untuk mengambil surat.
"Oh saya," katanya.
Tommy telah selesai menonton shutters membuka dan kemudian ditutup.
"Ibu," katanya, "mungkin saya akan ke luar?"
"Hati-hati," katanya. "ini hari yang berangin."
Tommy menjelajahi bawah dari jendela-kursi dan berlari ke pintu. Ia membuka dengan keras. angin bertiup panas dan menerbangkan kembali melewati tangan nyonya Pennington dan bahkan lebih jauh ke dalam rumah.
"Oh saya," katanya lagi. Tommy berlari ke luar dan menutup pintu segera.
Daun berguguran di Luar, kuning emas, merah dari ayunan pohon, menuju pada atap, melompat di bagian atap, kemudian bertabrakan satu sama lain di bawah jalan kecil dari angin kegembiraan.
Tommy terpesona.
"Jika saya adalah daun, saya akan terbang jelas di seluruh dunia," pikir Tommy dan kemudian berlari keluar ke halaman di antara keramaian warna.
Ibu Pennington datang ke serambi depan.
"Tommy, saya minta jaket. Harap meletakkannya di."
Namun, tidak ada Tommy di halaman depan.
"Tommy?"
Tommy pergi. Dia meniup bawah jalan dengan sisa dari itu bermain-main.
Sebuah daun maple datang dekat-oleh, dan menyentuh dia bergerak maju. Tommy segera bertemu dengan dia, menyapa dia, dan bergerak lebih maju. Mereka berkeliling, tekan mobil dan tiang, Terbang ke atas ke udara dan kemudian turun lagi.
"Ini sangat menyenangkan," pikir Tommy.
Daun maple yang beterbangan di depannya. Merah terang itu dengan baik. Sinar mentari menyinarinya memberi keterangan yang belum pernah dilihat oleh seorang anak kecil.
"Kemana kita akan pergi?" Tommy bertanya kepada daun.
"apa itu penting?" daun menjawab. "Bersenang senaglah. Hidup ini singkat."
"Saya tdk setuju," ujar daun tua tiba-tiba datang di sebelahnya. "Perjalanan singkat mungkin, tapi akhirnya adalah awal."
Tommy brfikir ini yang terbaik yang bisa direnungkan oleh daun.
"Di mana kita berakhir?"
"Jika angin betirup sesuai arah," daun tua berkata, "Anda akan berakhir di kota dump."

"Saya tidak ingin itu," ujar Tommy.
"Jika anda berkembang dalam arah, anda akan terbang tinggi ke udara dan melihat hal-hal yang tidak dimiliki daun sebelumnya."
"Ikuti saya ke kota dump," kata daun maple. "Sebagian besar dari teman saya yang ada."
Angin menerbangkan Tommy dan daun maple bersama. Tommy berpikir dia orang pilihan. Dia ingin terus bermain.
"Okay," Tommy berkata, "Aku akan pergi bersama Anda ke tempat sampah."
Angin bergeser dan Tommy dan daun yang ditiupkan ke arah kota dump.
Daun yang lama tidak mengikuti. Dia telah tertiup cukup jauh di bawah blok dan tiba-tiba diterbangkan tinggi ke udara.
"Hey," ia berteriak, "pemandangan di sini. Mereka spektakuler. Datang dan lihat."
Tommy dan daun maple mengabaikan dia.
"Saya melihat sesuatu. Dump saya lihat." Lama daun berteriak. "Saya melihat asap. Mari di sini. Saya melihat api."
"Saya lihat apa-apa," kata daun maple.
Tommy melihat pagar yang mengelilingi kota dump. Dia akan senang dengan teman. Mereka akan bersenang-senang di tempat sampah.
Tiba-tiba, sebuah mobil terlihat dari atas. Itu ib tommy. Ibu Pennington tidak akan membiarkan anak kecil itu berjalan ke kota dump.
"Tidak terlalu cepat," kata dia keluar dari mobil. "Kamu tidak diperbolehkan untuk bermain di sana. Tidakkah anda melihat asap?"
Tommy melhat daun mapel tertiup ke dinding dan perjuangan untuk mendapatkan lebih. Dia berlari untuk mendapatkannya tetapi tidak dapat mencapainya.
Ibu Pennington berjalan di atas dan mengambil daun. Ia meletakkannya di saku.
"Di sana," katanya, "ia akan aman sampai rumah kita."
Tommy tersenyum, berlari ke mobil dan memasukinya. Dia terguling bawah jendela belakang dan memandang ke atas langit. Dia bertanya-tanya di mana daun tua telah pergi. Mungkin satu hari dia akan melihat apa yang telah lama tak dilihat oleh daun.
muchtar affandi
20/xii ipa 4

Friday, 6 February 2009

LAKE of LOPI

LAKE of LOPI

A long time ago at near river of Gega there a village. Walk of life of resident of that village is to garden. In a moment their village of long dry season. Dry rivers and garden which fertile to initialy turn into aridly. Finally, they cannot garden, except playing at and just sleep. In that village there be someone young men he called Lopi. One day he invite its closed friends look for prawn in River of Gega. They even also agree even old people also will go along with to look for prawn with them. Therefore, early morning of Lopi and his entourage go to river of Gega. At arrival over there, Lopi divide duty. There barricading, drying water and there which searching prawn. Its result, that day they obtain;get very prawn many. Kith of Lopi happy. They scream exhilaration at the same time called of name Lopi, “Lopi,,, Lopi,,, Lopi,,,!” Day have evening. Kith of Lopi prepare will go to home. But, Lopi exactly prig to is middle of rivers Gega. He sit above last stone fish. Sudden, eye of his fishing-rod hooking. Last Lopi dive till in house cam exist in in that river. Thundering voice heard by pawnbroker in that river. Then, pawnbroker order its daughter to glance up cam. In the reality, above cam there a young man siting. Last pawnbroker order Lopi stop by at home. Kith of Lopi scream fear because Lopi don't visit to emerge. Some its closed friend run to village to inform that Lopi sink. Resident of village then in masses come to river. Father and mother of Lopi run at the same time weep meraung-raung. That evening, river of Gega crowded by voice scream tangis. Because Lopi don't visit to emerge, all resident finally return home each. After finishing of eating Lopi request permission to go home to pawnbroker. Step Lopi go out sent by that pawnbroker daughter. After a few times, Lopi appear in surface of river. Lopi very surprised because his kith have gone. Lopi return home. Having arrived at house, resident of clamorous village because Lopi which they assume have died, in the reality above the ground. Father and mother of Lopi embrace and kiss Lopi at the same time weep. That way also its closed friends, by alternating kiss Lopi. After voice of tangis alleviate and Lopi even also have rested, Lopi tell a story about situation in river of Gega. Silent Everybody, nod a head of full admiration listen story of Lopi. More when Lopi tell a story about friendly and beautiful pawnbroker daughter, kith of Lopi very interest. Few days later, Lopi request permission to father and his mother. Lopi will return again to house in River of Gega. Its Beginning of mother and father of Lopi don't give permission. But, Lopi always persuade so that they finally permission him. Lopi return to river of Gega accompanied by resident of village. Before plunging to sink, Lopi ask permission to all resident . Resident even also hail Lopi. Lopi then plunge to dive and disappear into water. Father and mother of Lopi weep. Sun sink and night even also arrive. Resident return to each house. Quotation from: Story of Region People East Nusa Tenggara



TRANSLATE INDONESIA “DANAU LOPI” Pada zaman dahulu didekat sungai Gega ada sebuah kampung. Pekerjaan sehari-hari penduduk kampung itu adalah berkebun. Suatu saat kampung mereka dilamda musim kemarau yang panjang. Sungai-sungai yang kering dan kebun yang semula subur berubah menjadi tandus. Akhirnya, mereka tidak bisa berkebun, kecuali bermain dan tidur saja. Di kampung itu ada seoarang pemudaa bernama Lopi. Suatu hari ia mengajak kawan-kawannya mencari udang di Sungai Gega. Mereka pun menyetujui bahkan orang-orang tua juga mau ikut pergi mencari udang bersama mereka. Maka, dini hari Lopi dan rombongannya pergi menuju Sungai Gega. Sesampainya di sana, Lopi membagi tugas. Ada yang membendung, mengeringkan air dan ada yang mencari udang. Hasilnya, hari itu mereka memperoleh udang yang sangat banyak. Kawan-kawan Lopi gembira. Mereka berteriak kegirangan sambil menyebut-nyebut nama Lopi, “Lopi …, Lopi …, Lopi!” Hari telah sore. Kawan-kawan Lopi berkemas-kemas hendak pulang. Namun, Lopi justru prig ke tengah Sugai Gega. Ia duduk di atas batu lalu memancing. Tiba-tiba, mata pancingya tersangkut. Lopi lalu menyelam hingga sampai di bubungan rumah yang ada di dalam sungai itu. Suara gemuruh terdengar oleh pemilik rumah di dalam sungai itu. Kemudian, pemilik rumah menyuruh anak perempuannya untuk melihat ke atas bubungan. Ternyata, di atas bubungan ada seorang pemuda sedang duduk. Pemilik rumah lalu menyuruh Lopi sin kemudian berduyun-duyun datang ke sungai. Bapak dan ibu Lopi berlari sambil menangis meraung-raung. Sore itu, tepi Sungai Gega ramai oleh suara jerit tangis. Karena Lopi tidak kunjung muncul, para penduduk akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Seusai makan Lopi minta izin pulang kepada pemilik rumah. Lopi melangkah keluar dengan diantar oleh anak perempuan pemilik rumah itu. Tidak lama kemudian, Lopi muncul di permukaan sungai. Lopi sangat terkejut karena kawan-kawannya telah pergi. Lopi pulang ke rumah. Setiba di rumah, penduduk kampung gempar karena Lopi yang mereka anggap telah meninggal, ternyata masih hidup. Bapak dan ibu Lopi memeluk dan menciumi Lopi sambil menangis. Demikian pula kawan-kawannya, secara bergantian menciumi Lopi. Setelah suara tangis reda dan Lopi pun telah beristirahat, Lopi bercerita tentang keadaan di dalam sungai Gega. Semua orang diam, mengangguk-angguk penuh kekaguman mendengarkan cerita Lopi. Lebih-lebih ketika Lopi bercerita tentang anak perempuan pemilik rumah yang cantik dan ramah, kawan-kawan Lopi sangat tertarik. Beberapa hari kemudian, Lopi meminta izin kepada bapak dan ibunya. Lopi hendak kembali kembali ke rumah di dalam Sungai Gega. Mulanya bapak dan ibu Lopi tidak mengizinkan. Namun, Lopi selalu membujuk sehingga mereka akhirnya mengizinkannya. Lopi kembali ke sungai Gega dengan diiringi penduduk kampung. Sebelum terjun tenggelam, Lopi berpamitan kepada seluruh penduduk . penduduk pun menyalami Lopi. Lopi kemudian terjun menyelam dan menghilang ke dalam air. Bapak dan ibu Lopi menangis. Matahari tenggelam dan malam pun tiba. Penduduk kembali ke rumah dan tinggal di rumahnya. Kawan-kawan Lopi berteriak ketakutan karena Lopi tidak kunjung muncul. Beberapa kawannya berlari ke kampung untuk memberi tahu bahwa Lopi tenggelam. Penduduk kampung masing-masing.
Dikutip dari: Certa Rakyat Daerah Nusa Tenggara Timur

Janda Miskin dan tetangganya yang Kaya

Janda Miskin dan Tetangganya yang Kaya


Suatu saat ada janda tua yang sangat miskin, sehingga dia tidakmmempunyai baju dan sesuatu yang pantas untuk hidup. Kadang-kadang dia makan hanya sehari sekali ataupun tidak makan untuk tiga hari. Dia tidak mempunyai seorang pun anak family yang akan merawatnya. Dia memperoleh uang untuk hidup nya dengan mencari kayu baker di hutan dan menjual itu di pasar. Di samping gubuknya terdapat rumah orang kaya.
Suatu hari, dia opergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu baker. Di berjalan sisi sungai yang kering. Dia melihat beberapa ikan menggeliat di Lumpur seperti kekurangan air. Dia mengambil beberapa ikan untuk memakannya, tiba-tiba dia mendengar suara yang menggelegar seperti suara manusia,”oh Tuhan, kirim kami air.” Permintaan itu diulangi beberapa kali saat ikan mengangkat kepalanya ke kayangan.. perempuan itu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Beberapa menit kemudian, hujan turun dari langit. Ungai penuh dengan air sehingga orang-orang kecil dapat berenang dan selamat dari kematian.
Sepanjang perjalannya, dia(wanita) memikirkan ikan tersebut tentang bagaimana mereka mengangkat kepala mereka ke langit dan bagaimana mereka memohon untuk mendapatkan air. Lalu dia menfapatkan ide, “jika aku minta uang, Aku mungkin mendapatkan itu. Aku akan mengulangi kata-kata seperti yang dilakukan ikan.”
Ketika dia tiba di rumah, dia duduk di sudut rumahnya, samnbil mengangkat kepalanya dan mengulangi kata-kata beberapa kali.
“Tuhan, pelayan-Mu meminta uang.” Wanita miskin itu percaya bahwa Tuhan akan memberi uang seperti Tuhan memberi air untuk ikan.
Suara wanita tersebut mengganggu tetangganya. Dia(tetangga) datang ke wanita dan berkata,”Hentikan doamu!. Permintaanmu tidak akan didengar. Tidak mungkin Tuhan datang ke sini dan memberimu uang. Kamu lebih baik pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu dan hidup dengan itu.”
Janda miskin mengabaikan hal itu, dia tetap berdoa dan itu membuat tetangganya kehilangan kesabarannya. Dia(tetangga) mengambil tas yang besar dan memenuhi dengan pecahan kaca. Saat perempuan sedang menangis untuk uang, dia(tetangga) memanjat ke atas atap dengan tas di pundaknya.
Laki-laki itu ingin membuat wanita tersebut kelihatan tolol. Dia melempar tasnya ke wanita, karena kejatuhan tas wanita tersebut tidak sadarkan diri. Ketika dia bangun, dia membuka tas dan menemukan uang di dalamnya. Dia sangat senang. Segera, dia menjadi wanita kaya di desanya.


English :

A Poor Widow and Her Rich Neighbour


There was once an old widow who was very poor, so poor that she did not have clothes and anything to live properly. Sometimes she ate only once a day or even ate nothing for three days. Neither did she have relatives who would take care of her. She earned her living by collecting fire woods from the forest and sold it in the market. Next to her hut was the house of a rich man.
One day, she left for the forest for gathering fire woods. She walked alongside of a dry river. She saw a lot of fish wriggling in the mud as the lackness of water. She was about to take some of the fish for her meal when suddenly she heard the biggest one mumbled like a human being, “Dear god, send us water.” This request was repeated time after time while the fish lifted its head to the heaven. The woman was wondering what would happen next.
Some minutes later, the rain fell down from the sky. The river was full of water so that the little creatures could swim and were saved from death.
All her way home, she thought of the fish, of how they raised their heads to the heaven and how they had prayed for water. Then she got an idea, “if I ask for money, I may get it, I shall repeat the words of the fish.”
When she arrived at home, she sat in the corner of her house, raised her head and repeated the words time after time.
“God, your servant ask for money,” The poor woman was convinced that God would give money as He had given the water to the fish.
Her voice annoyed her neighbour. He came to her and said, “Stop your praying! Your request will not be heard. It is impossible that God comes here and give you money. You had better go to the forest to gather woods and leaves and live with that.”
The poor widow ignored it. She kept praying and it made her neighbour lost his patience. He took a large bag, filled it with pieces of glass and while the woman was seriously crying for money, he climbed with the bag on his shoulder up the roof of the window.
The man wanted to make fool of her. He threw his bag on the woman. Getting hit by the bag, the woman fell unconscious. When she woke up, he opened the bag and found money in it. She was very happy. Soon, she became a rich woman in her village.

RIRIN JUNI PURNAMASARI

(XII IPA 4 /05)

BATARA KALA

Batara Kala

Ini adalah pengetahuan yang baik yaitu suatu cerita rakyat yang dimiliki Negara kita. Ini adalah salah satu legenda yang umumnya diceritakan di jawa.

Orang di beberapa desa di jawa percaya bahwa gerhana terjadi ketika matahari atau bulan ditelan oleh Batara Kala, raksasa jahat. Meskipun Batara Kala bukan salah satu dewa di surga. Dia sangat kuat.

Suatu hari Batara Wisnu (dewa pelindung) menyalurkan Tirta Amerta Sari atau minuman para dewa. Seseorang yang meminumnya tidak akan pernah mati. Batara Kala ingin mendapatkan sebagian juga. Maka dia berusaha menipu dengan cara menukar dirinya menjadi dewa. Batara Surya (dewa Matahari) dan Batari Candra (dewi Bulan) mengetahui tipuannya dan bercerita dengan Batara Wisnu mengenai hal itu. Ketika Batara Kala datang untuk menerima minuman, Batara Wisnu menembaknya dari jarak jauh dengan senjata Cakranya yang terkenal dan memotong kepalanya. Walaupun demikian sebagian minuman telah memancar di atas kepala Batara Kala dan itu membuat kepalanya hidup selamanya. Selanjutnya Batara Kala terus hidup tanpa badannya.

Batara Kala sangat marah dengan Batara Surya dan Batari Candra dan berusaha untuk menelannya, tetapi dewa dan dewi tersebut melarikan diri. Batara Kala menjadi marah dan setiap saat dia tidak pernah berhenti mengejar mereka.

Batara Wisnu ingin melindungi dewa dan dewi tersebut. Dia memperintahkan orang di bumi untuk membuat banyak suara bilamana terjadi gerhana. Suara itu akan membantu Batara Surya dan Batari Candra untuk melarikan diri dari Batara Kala.

Hingga saat ini orang memukul alat seperti penumbuk padi ketika mereka melihat gerhana. Mereka tinggal di dalam rumahnya. Wanita hamil bersembunyi di bawah tempat tidur mereka untuk menjauhkan diri dari kemarahan Batara Kala.

English :

Batara Kala

It is good to know some of the folktales that our country has. Here is one of the legends that is commonly told in Java.

People in some village in Java believe that an eclipse happens when the sun or the moon is swallowed by Batara Kala,the evil giant.Althought Batara Kala is not one of the gods in heaven,he is very powerfull.

One day Batara Wisnu ( god the protector ) distributed the Tirta Amerta Sari or the drink of the god. Anyone who drank it would never die. Batara Kala wonted to have some, too, so he tried to cheat by changing himself to form of a god. Batara Surya (the sun god ) and Batari Candra ( the moon goddess ), however, knew of this trick and told Batara Wisnu aboud it. When Batara Kala’s turn came to receive the drink, Batara Wisnu shoot him from a distance with his famous weapon, the Chakra and it cut his head of. Some of the drink, however, spilled over Batara Kala’s head, and this made his head live forever. From then on, Batara Kala continued to live with his body.

Batara Kala was very angry with Batara Surya and Batari Candra and tried to swallow them, bud the god and goddess escaped Batara Kala got angrier and from the time on he never stopped chasing them.

Batara Wisnu wanted to protect the gods and goddesses. He ordered the people on earth to make a lot of noise whenever there was an eclipse. The noise would help Batara Surya and Batari Candra to escape from Batara Kala’s throat.

To this day people beat object like rice grinders when they see an eclipse. They stay in their houses. Pregnant women are told to hide under their beds in order to avoid Batara Kala’s anger.

BAGUS WAHYUDI
(XII IPA 4 / 08)

KEBO IWA

Di Bali pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum mempunyai anak. Suatu hari mereka pergi ke pura. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan.Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu makin banyak dan makin banyak.Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi sanggup memberi makan anaknya.Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya.Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air.Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit yang hendak menaklukkan Bali. Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat. Ia mengundang Kebo Iwa ke Majapahit. Ia kemudian meminta Kebo Iwa membuatkan beberapa sumur, karena kerajaan itu kekuarangan air minum.Kebo Iwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Kebo Iwa sesak napasnya. Kemudian ia pun meninggal di dasar sumur.Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali.



In Bali of at epoch ahead, live a couple of wife husband. They rich, just only is they not yet had the child. One day they go to gate. They request to Lord of so that given by the clanTime even also elapse. The wife start to contain. What a happy is. Some month;moon later;then, born a men babyIn the reality which born is not ordinary baby. When still baby even also he have eaten the adult food. Every day that child more and more many and more and more manyThat child grow to become the big high adult. In consequence he is called by the name of Kebo Iwa, with the meaning buffalo uncleKebo Iwa eat and eat continued avidly. Sometime later finished its old fellow estae to fulfill appetite eat the . They even also do not again ready to feed its childtheir Liver weighing have recourse the countryside. Since that's all requirement eat the Kebo Iwa accounted on by a countryside. Countryside resident later;then develop;build the very big house for the Kebo of Iwa. They even also cook the very food many to its his. But sometime later resident feel do not ready to to provide the food. Later;Then they ask the Kebo Iwa to cook by xself. They merely provide its raw materialKebo Iwa it is true big completely. its Foot reach is very wide, so that he can travel swiftly. If he wish to drink the, Kebo Iwa remain to jab its forefinger to the ground. Is so that happened by a small well releasing waterBecause its greatness, Kebo Iwa can arrest;detain the incursion of team Majapahit which will conquer the Bali. The most Patih Majapahit even also maneuver. He invite the Kebo Iwa to Majapahit. He later;then ask the Kebo Iwa make some well, because that empire isinsuffiency drinking water.Kebo Iwa promise without distrusting. At arrival in Majapahit, he dig many well. Really heavy work, because he have to dig in once. When Kebo Iwa is work in well base, The Patih command its team plow under the Kebo Iwa with the chalk. its Kebo Iwa asphyxia. Later;Then he even also die in well base.By dying it Kebo Iwa, Bali even also can be conquered by Majapahit. End the meritorious the big noise history at Bali Island.

YHERI FATMA SARI
XII A4 / 19

CINDELARAS

Raden Putra is Monarchic king of Jenggala. He was consorted by a kindhearted consort of king and a pretty beautiful concubine. But, King concubine of Raden Putra measure up to heartburning and grudge to the consort of king. She planned something that ugly to consort of king. " Ought to, I who become consort of king. I have to think of to remove consort of king," think her.His majesty’s concubine, plotted with a palace physician. She pretended ill that serious. Palace physician was immediately called. The physician said that there was someone which had put poison in sir beverage of princess. " The man of was no other was consort of king of His majesty alone", said the physician. His majesty became irate hear clarification of palace physician. He immediately commanded him to throw away consort of king to forest.The governor immediately brought consort of king that was containing to wilderness. But, the governor that wise didn’t want to kill her. Seemingly the governor had known virulent intention of his majesty’s concubine. " Consort of king, don't worry, I would report to His majesty that sir of princess I had killed," said the governor. To deceive king, the governor smeared his sword with his the capturer hare blood. King nodded satisfied when the governor reported if he had killed consort of king.After several months resided in forest, child was born by the consort of king. The baby’s name is Cindelaras. Cindelaras grew up become a handsome and smart child. Since childhood he had palled up with animal dweller of forest. One day, when was engrossing to play at, a eagle dropped egg item. " Hmm, that eagle very kind. It intended to give that egg to me." After 3 week, that egg hatched. Cindelaras looked after his chick dilligently. That chick grew up became a strong and good cock. But there was one oddity that Crow cock sound really amaze! " Kukuruyuk.... My Sir Cindelaras, his house in the middle of jungle, his roof of coconut leaf, his father is Raden Putra..."Cindelaras was very amazed hear his chicken crow and immediately show at his mother. Last, Cindelaras’s mother told genesis why they resided in forest. Hearing his mother’s story, Cindelaras intended to palace and unfold badness of concubine of his majesty. After permitting his mother, Cindelaras went to palace, accompanied by his cock. When on the way there were some one who made cocks fighting. Then Cindelaras was called by all informer of chicken. " Let, if dare to, fight cocks your male with my chicken," challenge him. " Well," answer Cindelaras. When confronted, in the reality cock of Cindelaras scrap gallantly and in a short time, he earned to defeat his opponent. After was several times confronted, chicken of Cindelaras unbeatable. His chicken really taft.News about greatness of chicken of Cindelaras spread over swiftly. Raden Putra even also heard that news. Later;Then, Raden Putra ordered him to invite Cindelaras. " I face exellency," said Cindelaras decently. " This child of looker and was smart, likely he was non clan of ordinary people," think his majesty. Chicken of Cindelaras matched with chicken of Raden Putra with one condition, if chicken of Cindelaras fail hence he ready his head was decapitated, but if his chicken won hence semi properties of Raden Putra become property of Cindelaras.Two heads that chicken scraped martially. But in a short time, chicken of Cindelaras success conquered chicken of was the King. All audience of have cheer to of applaud Cindelaras and his chicken. " Well I pass under the yoke. I will keep a promise me. But, who was you in fact, youngster?" Ask His majesty Raden Putra. Cindelaras immediately bow like whispering something at his chicken. Do not how long his chicken immediately sound. " Kukuruyuk... My Sir of Cindelaras, his house in the middle of jungle, his roof of coconut leaf, his father of Raden Putra...," that cock crow repeatedly. Raden Putra dumb-found to hear chicken crow of Cindelaras. " Was real correct that?" Asked wonderment his majesty. " Real correct of His majesty, my name Cindelaras, my mother was consort of king of His majesty."At the same time, the governor immediately face and narrate all event which in fact have happened of consort of king. " I had conducted mistake," said His majesty Raden Putra. " I will give in kind penalization at concubine," continue His majesty irately. Later, then Raden Putra’s concubine even also thrown to forest. Raden Putra immediately embraced his child and apologized of his mistake Afterwards, Raden Putra and of hulubalang immediately fetch consort of king to forest.. Finally Raden Putra, and consort of king of Cindelaras could reconvene. After Raden Putra passed away, Cindelaras replaced to domicile his father. He governed his country dispassionately and wisdom.

CindelarasRaden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya.Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Permaisuri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa Permaisuri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja mengangguk puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh Permaisuri.Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Nama bayi itu adalah Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..."Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.

ARUM RIDHA
XII A4 / 17

Thursday, 5 February 2009

Sangkuriang

In Indonesian
Sangkuriang

Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi kerta raharja. Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama "Tumang".
Pada suatu ketika sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah kekecewaan tidak mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan dengan nyalakan anjing setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.
Alkisah putri Dayngsumbi nan cantik rupawan setelah dewasa dipersunting seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu. Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.
Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkannya, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.
Ketika Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing kesayangannya, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya telah setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat meninggalkan kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.
Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan kembali dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan kemurahan sang Hyang Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda. Syahdan Sangkuriang yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah perkasa, sakti mandraguna apalgi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh.
Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa disadarinya ia kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri tersebut, demikianpula Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan Sangkuriang, maka hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi istrinya.
Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu. Setelah merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing.
Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.
Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.
Sementara itu Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya.
Sang Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok dan fajar menyingsing. Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.
In England
Sangkuriang

Once upon a time, in the Tatar Parahyangan, established a kingdom that peaceful. The Sovereign have the love of sport hunting of animals, who always accompanied the faithful dog, called "Tumang."
The Sovereign when the deer hunting, but the results have been less brisk day. Game disappeared in the forest as if the earth swallowed. The disappointment of not getting the animals prey, The Sovereign starled with the dogs turn on "Tumang" who find a baby among women sprawling grassyfield. Would the happy Prabu, when finding a baby look beautiful woman who is, has been a long time considering the long the Sovereign a daughter, but also was not the child. Her baby daughter is named Dayangsumbi.
Once upon a time daughter Dayangsumbi which beautiful looking after married an adult male, who then gifted a son who is named Sangkuriang also soon have a penchant for hunting as well as the The Sovereign. But unfortunately Dayangsumbi husband not long-lived.
One time, Sangkuriang the young is still very young, a hunting dog accompanied the love The Sovereign who also favored his mother, namely Tumang. But that day is less good cause does not get the hunting game. Because Sangkuriang has promised to dedicate to his mother's heart deer, deer while it does not be obtained, Sangkuriang to kill the dog and his mother also favored the Sovereign taken to heart, which then be devoted to his mother.
When finally Dayangsumbi heart to know that the deer are no other son is the heart "of the Tumang love dog, then angry Dayangsumbi. Pushed anger, accidentally, striked head of her son with the current rice rice ladle dipegangnya, cause injury to the receptacle. Sangkuriang feel brisk business for his mother's futile, and deeds do not feel guilty. This opinion no deer liver, heart dog morning, with no loyalty to think that during the Tumang has devoted his life to serve employers. Sangkuriangpun flee the kingdom to leave, and disappeared without footstep.
After incident that Dayangsumbi feel very sorry for every day he always pray and ask to Hyang Tunggal, so that he can come together back with her son. Soon answered this application, and the kindness Hyang Tunggal then Dayangsumbi was ageless. Sangkuriang continue to roam, he grew becomei the burly youth, magic evenless after he successfully to lose nation that invisible magic also, namely Guriang Seven.

In a time roamed, Sangkuriang without conscious he returned to the kingdom which he came. The story flows and bring it alive with a daughter who look lovely nan captivating, that no other is the daughter Dayangsumbi. Sangkuriang love to my daughter, and will be stunned Dayangsumbi bravery and smartness Sangkuriang, the love affair both compose. At that time Sangkuriang and Dayangsumbi did not know that they are actually mother and child. Sangkuriang Dayangsumbi eventually apply for married become his wife.

However more stories flow again to open the curtain of life that is closed, Dayangsumbi know that youth is Sangkuriang son, when he saw Sangkuriang of the scar, when he tied the correct candidate is her husband. After feeling confident Sangkuriang take her son, Dayangsumbi attempt to thwart her son's wedding. Gain for himself, Dayangsumbi put two conditions that must be met with Sangkuriang the time before dawn break.
Terms of the first, Sangkuriang must be able to make a big boat. Terms of the second, Sangkuriang should be able to make the lake can be used for boat to sail it.

Sangkuriang be prepared to do these requirements, he worked overtime, aided by invisible wadiabalad Seven Guriang leaders to realize the request. Timber wood for boat Citarum river and dam, he got from a mountain forest in the future according to legend was named Mount Hill Tunggul. The branches and leaves from the tree that is used wood, he collected in a hill called Mount Burangrang.
Meanwhile Dayangsumbi-sang also seeking to help him Hyang Tunggal, to thwart the purpose Sangkuriang marry him. Sang Hyang Tunggal grant application Dayangsumbi, Sangkuriang before work is finished, and boast rooster morning dawn. Sangkuriang anger, knowing he failed to meet these requirements, they are kicking the boat dibuatnya. Boat finally lie face down and according to legend soon be Mount Tangkubanparahu, while the flow of the Citarum River form little by little lake of Bandung.
Bayu Samodra
XII IPA 3 / 22
Lake Toba

Once a fisherman named Batara Guru Sahala lived in Batakland. One day, he caught a fish. To his surprise, he found that the fish could talk. It begged Sahala to set free. Sahala did accordingly.
As soon as the fish was free, it changed into a woman. She was so beautiful that the fisherman fell in love with her. The woman agreed to marry Sahala. However, she told him that he must never fish. Sahala promised her that he would not tell anyone about it.
They were happily married, and had two daughters. Every morning Sahala went out fishing. His daughters would bring him his lunch. One day, however instead of bringing the food to their father, the girls ate it. When Sahala learnt what they had done with his meal, he got very angry. He shouted at them, saying, ”You behaved exactly like the daughters of a fish”.
The girls did not know what their father meant. They went home and asked their mother about it. When they told what he said she was very annoyed. Although Sahala apologized to her later, she would not forgive him for breaking his promise.
Then the earth began to tremble, and volcanoes started to erupt. The earth cracked to form a big hole. People said this hole become Lake Toba.


Danau Toba

Suatu ketika seorang nelayan yang bernama Batara Guru Sahala yang tinggal di Batakland. Suatu hari, ia menangkap seekor ikan. Dia terkejut, dia menemukan ikan yang dapat berbicara. Ikan itu memohon kepada Sahala untuk dibebaskan. Sahala menurutinya.
Dengan segera ikan itu bebas, ikan itu berubah menjadi seorang wanita. Dia sangat cantik hingga membuat nelayan itu jatuh cinta kepadanya. Wanita itu setuju menikahi Sahala. Tetapi, dia berkata kepadanya bahwa dia tidak boleh berkata bahwa dia adalah ikan. Sahala berjanji kepadanya bahwa dia tidak akan berkata kepada siapapun tentang itu.
Mereka menikah dengan bahagia, dan mempunyai dua anak perempuan. Setiap pagi Sahala pergi memancing. Anak-anak perempuannya membawaknnya makan siang. Suatu hari, meskipun membawakan makanan kepada ayah mereka, gadis-gadis itu memakannya. Ketika Sahala mengetahui apa yang telah mereka lakukan dengan makanannya, dia sangat marah. Dia berteriak kepada mereka “Kamu berkelakuan persis seperti anak perempuan seekor ikan”.
Gadis-gadis itu tidak tahu apa yang ayah mereka maksud. Mereka pulang ke rumah dan bertanya kepada ibu mereka tentang itu. Ketika mereka menceritakan apa yang ayah mereka katakan dia sangat marah. Walaupun kemudian Sahala minta maaf kepadanya, dia tidak memaafkannya karena melanggar janjinya.
Kemudian bumi mulai bergetar, dan gunung api mulai meletus. Bumi pecah membentuk sebuah lubang besar. Orang-orang berkata lubang ini menjadi Danau Toba.

Nama : Fitriana Cahyani
Kelas / No : XII IPA 4 / 10

Belling The Cat

TEGAR SETYA D.
XE / 38


BELLING THE CAT

There was once a family of mice who lived happily in a small house in a small country. One day cat moved in. He was silent and quick as he moved about looking for mice his food.
The mice called an emergency meeting. The old mouse was the first speak, “ The main problem is that cat is quiet. If we can hear him coming, we will have time to escape.”
The room was silent as they began to think. A young mouse suggested, “ I know what we can do ! We can tie a bell with a piece of ribbon and hang it around the cat’s neck. That way,whenever cat is near, we will hear the bell and can for cover.”
“ Well done! That’s a clever idea!” The other mice agreed.
The old mouse,however did not join the cheering. “ And who among you,may I ask,are brave enough to put this bell aroud the Cat’s neck?” he asked.
Once more, the room was silent.



TERJEMAHAN :


BEL KUCING



Ada sebuah keluarga tikus yang hidup bahagia di sebuah rumah kecil di sebuah negeri. Suatu hati kucing pindah ke sana. Dengan cepat dan perlahan-lahan ia mencari tikus sebagai makanannya.
Tikus mengadakan pertemuan darurat. Tikus tua berbicara pertama, “ Masalah utama adalah kucing itu diam. Jika kita dapat mendengar dia dating,kita dapat melarikan diri.”
Ruangan menjadi sunyisaat tikus mulai berpikir. Seorang tikus muda berpendapat, “Aku tahu apa yang dapat kita lakukan. Kita dapat mengalungkan bell dengan selembar pita di sekitar leher kucing. Kemudian ketika kucing mendekat, kita dapat berlari untuk berlindung.”
Bagaimanapun tikus tua tigak bergabung , “ Aku bertanya, siapa yang cukup berani untuk memasang bel di leher kucing?” tanyanya.
Sekali lagi ruangan menjadi sunyi.

The Legend of Lake Toba

Vinta Seta Diani
XE / 39


TOBA LAKE


One day there was a poor farmer. When he catch fish for his dinner, he caught a big fish. He heard a voice, “ Please don’t kill me. If you let me a live, you will have dinner on your table dinning table. “ No problem,” said him.
When he went home, he was supprised. His dinner already on the table. Another day, he went to rice-field and looked the fish. He heard a voice, “ I’m here, near you.” Suddenly a beautiful girl beside him. He very supprised. “ Are you the fish?”
“ Yes, I am. Would you marry me?”
“ Of course.”
“ But one condition. Never tell our children that I was once a fish,”said she.
“ I’m promisse.”
Well. . . after one year, they got a son. They called him Sam.
One day his mother asked Sam to bring lunch to his father at rice-field. Feeling hungry,the boy ate his father’s lunch on the way. Knowing this, the farmer was angry.
“ You’re a naughty boy ! you won’t be a good boy because you are actually a son of a fish.
The boy cried and told his mother what he had heard from father. The mother went to the rice-field and said angrily, “ You have broken your promise. Now you must be punished.”
Then she left his husband. And suddenly….a big tide came n engulfed the village. The flood made adeep vast lake. People call it “ LAKE TOBA”




TERJEMAHAN :

DANAU TOBA


Dahulu kala ada seorang petani miskin. Ketika di pergi menangkap ikan untuk makan malamnya,dia menangkap seekor ikan besar. Dia mendengar sebuah suara, “ Jangan bunuh aku. Jika kau memberiku kehidupan, kau akan mendapat makan malam di meja makanmu.”
“ Baiklah,” kata petani.
Ketika dia pulang ke rumah dia sangat kaget. Makan malamnya telah tersedia di meja. Hari berikutnya dia pergi ke sawahnya untuk melihat ikan itu. Dia mendengar sebuah suara, “ Aku di sini.” Tiba-tiba muncul gadis cantik di belakangnya. “ Apakah kamu si ikan?”
“ Ya, itu aku. Apakah kau mau menikah denganku?”
“ Ya, tentu.”
“ Tetapi ada syarat. Kau tidak boleh mengatakan jika aku seorang ikan.”
“ Aku berjanji.”
Setelah satu tahun menikah,mereka mempunyai seorang anak bernama Sam.
Suatu hari Ibunya menyuruh sam untuk mengantarkan makan siang untuk ayahnya yang ada di sawah. Merasa lapar, Sam memakan makan siang ayahnya di jalan. Mangetahiu hal itu, sang ayah marah dan berkata, “ Anak nakal! Kamu tidak bias menjdi anak nakal karena kau anak ikan!”
Dia menangis dan menjelaskan kepada ibunya tentang apa yang dikatakan ayahnya. Ibu marah dan berkata, “ Kau mengingkari janjimu. Sekarang kau harus dihukum.”
Dia meninggalkan suaminya. Dan tiba-tiba. . . .air pasang dan melanda desa. Banjir membuat danau yang dalam. Orang-orang menyebutnya “DANAU TOBA”


ENGLISH TASK,

In English Language

Legend of Minangkabau

Once upon a time, Javanese Majapahit soldiers came to West Sumatra to conquer the area. The locals challenged the Majapahit folks to a bullfight (bull vs bull). If the Javanese bull wins, they will happily become part of Majapahit. If locals' bull wins, the Majapahit soldiers must leave.

Confidently, the Majapahit soldiers brought a strong female buffalo with heavy horns. On the other side, the locals brought a small baby bull with knifes attached to its head. The Majapahit soldiers laughed at the small opponent. However, when the fight started, the baby bull immediately ran into the belly of the big female bull, trying to suck milk from her tits. In the process, the knifes attached to the baby bull's head disemboweled the big bull.

Ever since, the locals called their area Minangkabau (victory of the bull) and adopted the bull-shaped roof forms that is so characteristic of the area today.



In Indonesia Language


Legenda Minangkabau



Dahulu kala, pasukan jawa majapahit datang di Sumatra Barat untuk menguasai daerah. Masyarakat setempat merasa tertantang oleh orang Majapahit untuk menandingkan kerbau lawan kerbau. Jika kerbau jawa menang, mereka akan senang menjadi wilayah Majapahit. Jika kerbau masyarakat setempat menang, pasukan Majapahit harus pergi.

Dengan sangat yakin, pasukan Majapahit membawa kerbau betina kuat dengan tanduk tanduk yang berat. Di sisi lain, Masyarakat setempat membawa bayi kerbau kecil dengan pisau yang diletakkan di kepalanya. Pasukan Majapahit tertawa pada lawannya yang kecil. Ketika Pertandingan dimulai, bayi kerbau dengan segera berlari perut besar kerbau betina, mencoba menghisap susu dari putingnya. Disaat itu, pisau di kepalanya bayi kebau itu merobek dan mengeluarkan isi perut kerbau besar.

Sejak saat itu, daerah setempat disebut daerah Minangkabau ( kemenangan dari kerbau ) dan mengambil bentuk kerbau sebagai bentuk atap maka sekarang merupakan karakter dari daerah Minangkabau.


Nama : Andri Setya Dharma

No Absent : 09

Kelas : XII IPA 2

CINDELARAS

CINDELARAS
RADEN Putra was the king of Jenggala kingdom. He had a beautiful queen. Besides that, the king also had a beautiful concubine. Unlike the queen, the concubine had bad personalities. She was jealous with the queen, so she planned to make the queen leave the palace. By doing so, she could be the new queen.
The concubine asked the palace healer to help her do the bad plan. They told the king that the queen wanted to poison him. The king was angry. He sent the queen to a jungle. It is the punishment for her. There was one condition that the king did not know, the queen waspregnant.
After several months lived in the jungle, the queen gave birth to a healthy baby boy. She named him Cindelaras. He grew up as a nice, healthy, and handsome young man. One day, while Cindelaras helped her mother to collect some fire woods, an eagle dropped an egg. He took the egg and carefully took care of it.
The egg hatched into a chick and then it became a strong rooster. The rooster had a magical skill. It was very powerful and skilful in fighting with other roosters. Besides that, the rooster could also sing. The song was about Cindelaras and his father, Raden Putra. “My master is Cindelaras. He lives in the jungle. His father is a king. His name is Raden Putra.” The rooster often sang the song.
When Cindelaras first heard that song, he ignored it. However, he could not stand it anymore. He talked to his mother about it. His mother told him the whole story. Cindelaras was very surprised. He decided to go to the palace to meet the king, his father. Cindelaras also brought his rooster to go to the palace.
On the way to go there, he met some people. They asked him to fight his rooster with their roosters. Cindelaras’ rooster won the fight. He won again and again. Cindelaras great rooster was heard by King Raden Putra. So, he invited Cindelaras to the palace to fight his rooster with the king’s rooster.
The king made a bet. If Cindelaras’ rooster won the fight, he would get all king’s jewellery. However, if Cindelaras’s rooster lost, he would be punished in a jail. The two roosters fought bravely. In just few minutes, Cindelaras’ rooster won the fight! Then, the rooster sang the song.
The king was surprised, he asked who Cindelaras was. He then told the king about her mother living in the jungle. Later, the palace healer admitted his mistake. He said that the queen was innocent. She never tried to kill the king. The king was very angry. He ordered the concubine to be sent to jail. The king immediately went to the jungle to pick up his wife. He apologized for sending her to the jungle and made her the queen again.

Terjemahan:
Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. He had a beautiful queen. Dia yang indah ratu. Besides that, the king also had a beautiful concubine. Selain itu, raja juga memiliki gundik indah. Unlike the queen, the concubine had bad personalities. Tidak seperti ratu, yang telah buruk gundik pribadi. She was jealous with the queen, so she planned to make the queen leave the palace. Dia iri dengan ratu, jadi dia berencana untuk membuat ratu meninggalkan istana. By doing so, she could be the new queen. Dengan demikian, dia bisa jadi ratu yang baru.
The concubine asked the palace healer to help her do the bad plan. Gundik yang ditanyakan istana penyembuh untuk membantu dia melakukan hal yang buruk rencana. They told the king that the queen wanted to poison him. Mereka berkata kepada raja bahwa ratu ingin meracuni dia. The king was angry. Raja menjadi marah. He sent the queen to a jungle. Dia telah ratu ke hutan. It is the punishment for her. Ini merupakan hukuman bagi dia. There was one condition that the king did not know, the queen waspregnant. Ada satu kondisi bahwa raja tidak tahu, ratu waspregnant.
After several months lived in the jungle, the queen gave birth to a healthy baby boy. Setelah beberapa bulan tinggal di hutan, ratu telah melahirkan bayi laki-laki yang sehat. She named him Cindelaras. Dia bernama Cindelaras dia. He grew up as a nice, healthy, and handsome young man. Ia dibesarkan sebagai bagus, sehat, dan tampan pemuda. One day, while Cindelaras helped her mother to collect some fire woods, an eagle dropped an egg. Suatu hari, ketika ibunya Cindelaras membantu untuk mengumpulkan beberapa kebakaran hutan, ayam menaruh telurnya. He took the egg and carefully took care of it. Ia mengambil telur dan hati-hati membawa masalah itu.
The egg hatched into a chick and then it became a strong rooster. Telur yang menjadi anak ayam kemudian menjadi ayam jantan yang kuat. The rooster had a magical skill. Ayam jantan yang memiliki kemampuan magis. It was very powerful and skilful in fighting with other roosters. Ia sangat handal dan gesit dalam memerangi dengan ayam lainnya . Besides that, the rooster could also sing. Selain itu, ayam jantan juga dapat bernyanyi. The song was about Cindelaras and his father, Raden Putra. Lagu tersebut adalah tentang Cindelaras dan ayahnya, Raden Putra. “My master is Cindelaras. "Saya adalah tuan Cindelaras. He lives in the jungle. Dia tinggal di hutan. His father is a king. Ayahnya adalah seorang raja. His name is Raden Putra.” The rooster often sang the song. Namanya adalah Raden Putra. "Ayam jantan yang sering menyanyikan lagu.
When Cindelaras first heard that song, he ignored it. Cindelaras pertama ketika mendengar lagu itu, dia itu diabaikan. However, he could not stand it anymore. Namun, dia tidak dapat berdiri lagi. He talked to his mother about it. Dia berbicara kepada ibunya tentang itu. His mother told him the whole story. Ibunya menyuruh dia seluruh cerita. Cindelaras was very surprised. Cindelaras sangat terkejut. He decided to go to the palace to meet the king, his father. Dia memutuskan untuk pergi ke istana untuk bertemu dengan raja, ayahnya. Cindelaras also brought his rooster to go to the palace. Cindelaras juga membawa ayam jantan itu pergi ke istana.
On the way to go there, he met some people. Dalam perjalanan menuju ke sana, ia bertemu dengan beberapa orang. They asked him to fight his rooster with their roosters. Mereka bertanya kepada ayam jantan untuk memerangi mereka dengan roosters. Cindelaras’ rooster won the fight. Cindelaras' memenangkan ayam jago berkelahi. He won again and again. Dia memenangkan lagi dan lagi. Cindelaras great rooster was heard by King Raden Putra. Ayam jantan Cindelaras besar itu didengar oleh Raja Raden Putra. So, he invited Cindelaras to the palace to fight his rooster with the king’s rooster. Jadi, dia Cindelaras diundang ke istana untuk memerangi nya ayam jantan dengan ayam jago raja.
The king made a bet. Raja dibuat taruhan. If Cindelaras’ rooster won the fight, he would get all king’s jewellery. Jika ayam jago Cindelaras memenangkan peperangan, dia akan mendapatkan semua raja perhiasan. However, if Cindelaras’s rooster lost, he would be punished in a jail. Namun, jika dari ayam jantan Cindelaras hilang, dia akan dihukum dalam penjara. The two roosters fought bravely. Kedua ayam jantan berani berjuang. In just few minutes, Cindelaras’ rooster won the fight! Hanya dalam beberapa menit, ayam jago Cindelaras memenangkan pertarungan. Then, the rooster sang the song. Setelah itu, sang ayam jago menyanyikan lagu tersebut.
The king was surprised, he asked who Cindelaras was. Raja terkejut, ia yang telah Cindelaras. He then told the king about her mother living in the jungle. Kemudian ia berkata kepada raja tentang ibunya yang tinggal di hutan. Later, the palace healer admitted his mistake. Kemudian, istana penyembuh mengakui kesalahan-Nya. He said that the queen was innocent. Dia mengatakan bahwa ratu telah bersalah. She never tried to kill the king. Dia tidak pernah mencoba untuk membunuh raja. The king was very angry. Raja sangat marah. He ordered the concubine to be sent to jail. Ia memerintahkan gundik untuk dikirim ke penjara. The king immediately went to the jungle to pick up his wife. Raja segera pergi ke hutan untuk mengambil istrinya. He apologized for sending her to the jungle and made her the queen again. Dia setuju untuk menjemput dari hutan dan menjadikannya ratu lagi.
Nama:Inas Nur Rasyidah
No:15
Kelas:XII IPA 2

Timun Mas

Long long time ago, there was a farmer couple. They were staying in a village near a forest. They lived happily. Unfortunately, they hadn’t had any children yet.

Every day they prayed to God for a child. One day a giant passed their home. He heard what they were praying. Then the giant gave them a cucumber seed.

"Plant this seed, then you’ll get a daughter,” said the giant. “Thank you, Giant,” said the couple. “But in one condition, in her 17-th birthday, you must give her to me,” said the Giant. The couple wanted a child so much that they agreed without thinking first.

Then the couple planted the cucumber seed. Each day they took care the growing plant so carefully. Months later, a golden cucumber grew from the plant. The cucumber was getting heavier and bigger each day. When it was ripe, they picked it. Carefully they cut out the cucumber and how surprised were they when they found a beautiful baby inside. They were so happy. They named the baby Timun Mas, or Golden Cucumber.

Years were passing by and Timun Mas had grown into a beautiful girl. Her parents were very proud of her. But their happiness turned to fear when her 17th birthday came. The giant returned to ask for their promise. He was going to take Timun Mas away.

The farmer tried to be calm. “Just a moment, please. Timun Mas is playing. My wife will call her,” he said. Then the farmer came to his daughter. “My child, take this,” as he was giving her a little bag to Timun Mas. “This will help you from the giant. Now, run as fast as you can,” he ordered. So Timun Mas ran away.

The couple was very sad about her leaving. But they didn’t want the giant to eat Timun Mas. Meanwhile, the giant had been waiting for too long. He became impatient. Somehow he knew that the couple had lied to him. So he destroyed their house and ran for Timun Mas.

The giant was chasing Timun Mas and he was getting closer and closer. Timun Mas then took a handful of salt from her little bag. She spread out the salt behind her. Suddenly a wide sea appeared between them. The giant had to swim to reach her

Timun Mas was still running, but now the giant almost caught her. Then she took some chilly and threw them to the giant. The chilly suddenly grew into some trees and trapped the giant. The trees grew some thorns as sharp as a knife. The giant screamed painfully. At the mean time, Timun Mas could escape again.

But the giant was very strong. Again he almost caught Timun Mas. So Timun Mas took the third magic stuff, the cucumber seeds. She threw the seeds and suddenly they became a wide cucumber field. The giant was very tired and hungry so he ate those fresh cucumbers. He ate too much that he felt sleepy and fell asleep soon.

Timun Mas kept on running as fast as she could. But soon she was very tired herself. To make things worse, the giant had woken up! Timun Mas was so scared. Desperately she then threw her last weapon, terasi (a kind of shrimp pasta). IT did a miracle again. The pasta became a big swamp. The giant fell into it but his hands almost reached Timun Mas. Suddenly the lake pulled him to the bottom. The giant panicked and he couldn’t breathe. At last he was drown.

Timun Mas was very relieved. She was safe now. Then she returned to her parents’ house. Her parents were of course very happy to see their daughter safe and sound. “Thanks God. You have saved my daughter,” they cried happily. From then on, Timun Mas lived happily with her parents with no fear anymore.

Terjemahan

Timun Mas

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

"Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan," kata Raksasa. "Terima kasih, Raksasa," kata suami istri itu. "Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku," sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. "Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya," katanya. Petani itu segera menemui anaknya. "Anakkku, ambillah ini," katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. "Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin," katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. "Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku," kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

Avi Raharjo

10/XII IPA 2

Talaga Warna

Long long ago there was a kingdom in West Java. The kingdom was ruled by a king. People called their king His Majesty Prabu. Prabu was a kind and wise king. No wonder if that country was prosperous. There's no hunger in this kingdom.

It was a very happy condition. But it was a pity that Prabu and his queen hadn't got any children. It made the royal couple very very sad. Some old men and women who was respected by Prabu suggested the king to adopt a child. But Prabu and the queen didn't agree. "No, thank you. But for us, our own daughter or son is better than adopted children."

The queen was very sad. She often cried. That was why Prabu decided to go. He went to the jungle. There he prayed to God. Everyday he begged for a child. His dream come true. A few months later, the queen got fregnant. All people in the kingdom felt happy. They sent many presents to the palace to express their happiness.

Nine months later a princess was born. People sent their presents again as a gift to a little princess. This baby grew as a beautiful teenager then.

Prabu and Queen loved their daughter so much. They gave what ever she wanted. It made Princess a very spoiled girl. When her wish couldn't be realized, she became very angry. She even said bad things often. A true princess wouldn't do that. Eventhough the princess behaved badly, her parents loved her, so did the people in that kingdom.

Day by day, the princess grew more beautiful. No girls couldn't compare with her. In a few days, Princess would be 17 years old. So, people of that kingdom went to palace. They brought many presents for her. Their presents gift were very beautiful. Prabu collected the presents. There were really many presents. Then Prabu stored them in a building. Some times he could take them to give to his people.

Prabu only took some gold and jewels. Then she brought them to the goldsmith. "Please make a beautiful necklace for my daughter," said Prabu. "My pleasure, Your Majesty," the goldsmith replied. The goldsmith worked with all his heart and his ability. He wanted to create the most beautiful necklace in the world because he loved his princess.

The birthday came. People gathered in the palace field. When Prabu and queen appeared, people welcomed them happily. Prabu and his wife waved to their beloved people. Cheers were louder and louder when the princess appeared with her fabulous pretty face. Everybody admired her beauty.

Prabu got up from his chair. A lady gave him a small and glamourous pillow. A wonderful necklace was on it. Prabu took that necklace. "My beloved daughter, today I give this necklace to you. This necklace is a gift from people in this country. They love you so much. They presented it for you to express their happiness, because you have growing to a woman. Please, wear this necklace," said Prabu.

Princess accepted the necklace. She looked at the necklace in a glance. "I don't want to accepted it! It's ugly!" shouted the princess. Then she threw the necklace. The beautiful necklace was broken. The gold and jewels were spread out on the floor

Everybody couldn't say anything. They never thought that their beloved princess would did that cruel thing. Nobody spoke. In their silence people heard the queen crying. Every woman felt sad and began crying too. Then everybody was crying.

Then there was a miracle. Earth was crying. Suddenly, from the under ground, a spring emerged. It made a pool of water. The palce was getting full. Soon the place became a big lake. The lake sank all of the kingdom.

Nowadays the water on that lake is not as full as before. There is only a small lake now. People called the lake "Talaga Warna". It is mean "Lake of Colour". It's located in Puncak, West Java. On a bright day, the lake is full of colour. So beautiful and amazing. These colors come from shadows of forest, plants, flowers, and sky arround the lake. But some people said that the colours are from the princess's necklace, which spreads at the bottom of the lake.


Terjemahan

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.

Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. "Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat," sahut mereka.

Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.

Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.

Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.

Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.

Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku," kata Prabu. "Dengan senang hati, Yang Mulia," sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. "Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak," kata Prabu.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. "Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.

Setiap orang yang berada di istana tak dapat berkata apa-apa. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.

Kemudian timbullah kejadian luar biasa, Bumi menangis.Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.

Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Muhammad Qomarudin

19/XII IPA 2

The Story of Jokosambang

The Story of Jokosambang

Long ago there was an area named Japan, consisted of Japan Kulon and Japan Wetan. The capital of Japan Kulon was Penarip, and the capital of Japan Wetan was Damarsi, in Bangsal. The regent of Japan Kulon was Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo, the descendant of Cinde Amoh from Banger, in Probolinggo. Cinde Amoh was the son of Kyahi Gede Pengging. Tumenggung Alap-Alap married Nyai Wiyu, the daughter of Kyahi Gede Sengguruh from Malang. Actually Kyahi Gede Sengguruh was the son of Raden Kusen Pecat Tondoterung who was the regent of Surabaya. Meanwhile, the regent of Japan Wetan was Tumenggung Prawiroseno who was still the descendant of Cinde Amoh.

The west side of Japan Kulon was an autonomous district called Wirosobo with Betek, Mojoagung as the capital. The regent of this district was Tumenggung Ronggopermono, or better known as Tumenggung Betek. Tumenggung Betek was the brother in law of the regent of Japan Kulon because he married Nyai Wiyu's sister.

From the marriage between Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo and Nyai Wiyu, a son was born. He was named Buang. Since he was still a little boy, Buang was prepared to inherit his father's position as the regent of Japan Kulon. Unfortunately, a terrible thing happened. The regent of Japan Kulon received garwa paringan or a gift-bride from Jakatingkir, the Sultan of Pajang. The bride whose name was Raden Ayu Telasih was already three months pregnant when she was sent to Japan Kulon. The Sultan demanded that the unborn child would be the future regent of Japan Kulon if it would be a boy.

This condition certainly made Buang angry, so he planned to kill Raden Ayu Telasih. The regent of Japan Kulon was aware of this danger, and he moved Raden Ayu Telasih from Pugeran area to the place of the regent of Wirosobo in Mojoagung.

Later on, the child was born, and he was named Jokosambang. Buang continued his evil plan since he knew that the child was a boy.

With the help of supernatural criminals named Cluring and Clorong from Trowulan, the child was kidnapped successfully. When they arrived to a river called Kaligunting, one of the criminal heard the sound of someone emptying a rice pot by hitting it to the ground. He thought that it was already morning, and he was frightened, so he hid the child there. Jokosambang was later found by Rondo Kaligunting, and she was the one who brought him up.

A night later, the criminals went back to the place where they hid the child. They were so shocked to find out that the child was gone. The criminals immediately told Buang about it, so Buang figured out how to face every possibilities. In fact, the regent of Wirosobo also knew that Jokosambang was in danger.

Jokosambang was actually the son of the Sultan of Pajang. The Sultan knew what happened to his son, but he could not do anything because there was a changing in politics that caused the center government of Pajang to move to Mataram.

The Wirosobo district was weak, but it did not get any help from the Sultan of Pajang. This condition was benefited by Buang to launch an attack. The attack was conducted when there was a procession from Wirosobo to Japan Kulon to celebrate the succession of Jokosambang.

Japan Wetan was conquered first, then Japan Kulon and Wirosobo. Soon afterward, Buang crowned himself as Adipati Mirunggo.

Jokosambang's life ended tragically. He was captured at a swamp near Brantas River, and then he was killed. His body was thrown to the swamp, and finally it was found by a fisherman. The fisherman buried Jokosambang's body in a certain place. The place later was known as Jokosambang. The grave has been dug up, and the name Jalan Jokosambang was changed into Jalan Jagung Suprapto

Kurniawan NP

XII IPA 2/31

Riwayat Jokosambang

Dahulukala daerah Mojokerto bernama Japan, terdiri dari Japan Kulon yang berpusat di Penarip dan Japan Wetan yang berpusat di Damarsi, Bangsal. Yang menjadi Bupati Japan Kulon adalah Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo keturunan dari Cinde Amoh dari Banger, Probolinggo. Cinde Amoh adalah putra kyahi Gede Pengging. Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo kemudian kawin dengan Nyai Wiyu putra Kyahi Gede Sengguruh di Malang sedangkan Kyahi Gede Sengguruh adalah putra Raden Kusen Pecat Tondoterung yang pada waktu itu menjadi adipati di Surabaya. Sementara yang menjadi bupati di Japan Wetan adalah Tumenggung Prawiroseno yang juga masih keturunan Cinde Amoh.

Daerah sebelah Barat Japan Kulon berdiri sendiri sebagai Kabupaten yang bernama Wirosobo dengan pusatnya di daerah Betek, Mojoagung. Yang menjadi bupati adalah Tumenggung Ronggopermono atau dikenal dengan nama Tumenggung Betek. Tumenggung Betek ini masih saudara ipar dengan bupati Japan Kulon karena ia mengawini saudara Nyai Wiyu.

Tersebutlah dari perkawinan Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo dengan Nyai Wiyuh lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Buang. Sejak kecil Buang dipersiapkan untuk pengganti ayahnya bupati Japan Kulon. Namun kemudian terjadi peristiwa yang tidak disangka-sangka. Bupati Japan Kulon mendadak menerima garwa paringan (kiriman calon istri) dari Jakatingkir yang menjadi Sultan Pajang. Garwa piringan yang bernama Raden Ayu Telasih ini sewaktu dikirim sudah dalam keadaan hamil 3 bulan. Sultan berpesan agar kelak bila bayi lahir laki-laki supaya ditunjuk sebagai pengganti bupati Japan Kulon. Dan tentu saja keadaan ini menyebabkan Buang sakit hati sehingga timbullah niat jahatnya untuk membunuh Raden Ayu Telasih. Bupati Japan Kulon melihat gelagat dan rencana jahat Buang terpaksa memindahkan istrinya yang semula dititipkan di daerah Pugeran ke tempat Bupati Wirosobo di Mojoagung.

Di kemudian hari ternyata jabang bayi lahir laki-laki dan diberi nama Joko Sambang. Rencana Buang tetap dilanjutkan setelah mendengar bahwa yang lahir adalah bayi laki-laki.

Dengan pertolongan brandal sakti dari daerah Trowulan yang bernama Cluring dan Clorong si bayi berhasil diculik. Sewaktu sampai di sebuah sungai yang bernama Kaligunting si brandal mendengar suara seseorang mengetrukkan bakul nasi. Dikiranya fajar telah tiba takut kesiangan maka bayi tersebut kemudian disembunyikan di situ. Akhirnya ditemukan oleh seorang yang dikenal dengan nama Rondo Kaligunting dan diasuhnya sampai dewasa.

Diceritakan brandal-brandal tersebut pada malam berikutnya menengok tempat disembunyikannya si bayi, betapa terkejutnya karena bayinya telah lenyap. Segera brandal-brandal sakti itu lapor pada Buang. Kemudian disusunnnya rencana untuk menghadapi segala kemungkinan. Perihal Jokosambang yang sedang dalam keadaan bahaya diketahui oleh Bupati Wirosobo.

Begitu pula Sultan Pajang juga mengetahui nasib putranya akan tetapi tidak dapat berbuat sesuatu karena adanya perubahan politik yang mengakibatkan berpindahnya pusat pemerintahan ke Mataram. Kelemahan Wirosobo yang tidak lagi mendapat dukungan Sultan Pajang kemudian dimanfaatkan oleh Buang untuk mengadakan penyerangan. Penyerangan dilaksanakan ketika berlangsung persiapan penobatan Jokosambang yang diarak dari Wirosobo ke Japan Kulon.

Japan Wetan berhasil ditaklukkan lebih dahulu kemudian berturut-turut Japan Kulon dan Wirosobo. Buang kemudian mengangkat dirinya dengan sebutan Adipati Mirunggo.

Nasib Jokosambang memang tragis. Ia tertangkap di sebuah rawa-rawa dekat sungai Brantas kemudian dibunuh. Mayat Jokosambang dilemparkan ke dalam rawa-rawa akhirnya ditemukan seorang nelayan pencari ikan yang menguburnya di suatu tempat yang dikenal dengan nama Jokosambang. Makam tersebut sudah cukup lama dibongkar bahkan nama Jokosambang telah diganti menjadi Jalan Jagung Suprapto.

Kurniawan NP

XII IPA 2/31