Tuesday, 10 February 2009

MALIN KUNDANG

Long time ago, there was a mother lived in village in Sumatra. She lived with her son, Malin Kundang. Her husband was dead. Although she was very poor, she lived happily because she was a religious mother.
But, Malin Kundang wasn’t satisfied with such life. He wanted to be rich. He didn’t want to say with his mother in poverty all his life. Working in a city and being rich was his obsessions. He told about it to his mother and she agreed. She gave him a wise message. It was “Be a religious man, don’t be boast and don’t forget the family”.
Many year later, he lived in city. He was very rich then. But he was very boast of himself. He never sent his mother a letter or money. He never visited her as well. He forget his fast.
One day, Malin Kundang traded back from other island bringing his new ship. It was very big and expensive. A lot of people gathered in the harbour. His mother was among the crowded. She was very cheerfull knowing that her son come back. But Malin Kundang did not respect her. He refused and said “I don’t have such a poor mother”. Malin Kundang’s mother was very sad to hear that. She didn’t image how it could happen. She was very disappointed.
Malin Kundang entered the ship leaving his mother at the harbour. He intered to travel again with his new ship. But, suddenly the sky was dark and it rained heavily. Heavy storm started to attack the ship. Malin Kundang was very upset, but he could not do anything. He was downed with his ship. He could not swim. He couldn’t enjoy his live anymore.


Dahulu, ada seorang ibu yang tinggal di sebuah desa di Sumatra. Dia tinggal bersama putranya, Malin Kundang. Suaminya sudah meninggal. Walaupun dia sangat lemah, dia hidup dengan gembira sebab dia adalah seorang ibu yang religius.

Tetapi, Malin Kundang tidak puas dengan hidup seperti itu. Ia ingin menjadi kaya. Ia tidak ingin mengatakan dengan ibunya di dalam kemlaratan hidupnya. Bekerja di suatu kota besar dan menjadi kaya adalah obsesinya. Ia bercerita tentang hal tersebut kepada ibunya dan ibunya menyetujui. Dia memberi pesan yang bijaksana . Yakni " Jadilah seorang laki-laki religius, jangan membual / menyombongkan diri dan jangan melupakan keluarga".
Bertahun-tahun kemudian, ia hidup di kota besar. Ia menjadi sangat kaya kemudian kemudian. Tetapi ia menjadi sangat sombong akan dirinya sendiri. Ia tidak pernah mengirimi ibunya uang atau surat. Ia tidak pernah mengunjunginya juga. Ia melupakannya begitu cepat.
Suatu hari, Malin Kundang kembali dari pulau lain membawa kapal barunya. kapal yang sangat besar dan mahal. Banyak orang-orang berkumpul di pelabuhan. Ibunya berada di antara keramaian itu. Dia sangat sukacita mengetahui putranya kembali. Tetapi Malin Kundang tidak menghormatinya. Ia menolak dan berkata " Aku tidak mempunyai ibu lemah/miskin seperti itu". Ibu Malin Kundang menjadi sangat sedih mendengarnya. Dia tidak membayangkan bagaimana itu bisa terjadi. Dia menjadi sangat kecewa.
Malin Kundang masuk ke kapal meninggalkan ibunya di pelabuhan itu. Ia menguburkan untuk bepergian lagi dengan kapal barunya. Tetapi, tiba-tiba langit menjadi gelap dan turun hujan lebat. Badai berat/lebat mulai menyerang kapal itu. Malin Kundang menjadi sangat terganggu, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun. Ia tenggelam bersama kapalnya. Ia tidak bisa berenang. Ia tidak bisa menikmati hidupnya lagi.


NUR KOTIB.C.N
21 / XII A4

No comments: