THE LEGEND OF SANGKURIANG
According to local folklore, the formation of the Tangkuban Perahu volcano began with a young man Sangkuriang who fell in love with his own mother, Dayang Sumbi.
One day, when he was hunting, Sangkuriang accidentaly killed his beautiful black dog (Si Tumang). This dog is actually Sangkuriang’s father who had been condemned to live the life of a dog by his GURU. However, Sangkuriang never knew it.
Sangkuriang had been separated by his mother since childhood. Yet, he was destined to meet his mother again. When on his way home, he stopped at small village and met and fell in love with a beautiful girl. He didn’t realized that the village was his homeland nor that the beautiful girl was his own scared mother, who remain young and pretty.
Their love grew naturally and one day, they were discussing their wedding plans. Dayang Sumbi suddenly realized that the profile of Sangkuriang’s head matched that of her only son’s who had left twenty years earlier. How could she marry her own son? But she didn’t wish to dissapointed him by canceling the wedding. So, although she agreed to marry Sangkuriang, she would do so only on the condition that he provide her with a lake and a boat witch which they could sail on the down of their wedding day.
Sangkuriang accepted this condition and built a lake by Citarum river. With a dawn just moment away and the boat almost complete, Dayang Sumbi realized that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. With a wave of her supernatural shawl, she lit up the eastern horizon with flashes of light. Deceived by false dawn, the cock crowed and farmers rose for the new day.
With his work not yet complete, Sangkuriang realized that his endeavor were lost. With all his anger, he kicked the boat that he himself had built. The boat fell over and in so doing became the mountain TANGKUBAN PERAHU ( in Sundanese, Tangkuban means upturned or upside down, and Perahu means boat ). With the dam torn asunder, the water drained from the lake becoming a wide plain and nowadays became a city called Bandung ( from the wod BENDUNG, which means Dam ).
Translete :
LEGENDA SANGKURIANG
Menurut dongeng penduduk setempat , formasi batuan beku Tangkuban Perahu bermula dengan seorang pemuda, Sangkuriang yang merasa jatuh cinta dengan ibunya sendiri, Dayang Sumbi.
Suatu hari, ketika dia berburu Sangkuring tidak sengaja membunuh anjing hitam cantiknya, Si Tumang. Anjing ini adalah benar-benar ayah Sangkuriang, dia dihukum untuk hidup sebagai anjing oleh gurunya. Walaupun demikian, Sangkuriang tidak pernah tahu itu.
Sangkuriang menjadi tersendiri oleh ibunya sejak masa kanak-kanak. Nasib masih memperuntukkan untuk bertemu dengan ibunya lagi. Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, dia berhenti di sebuah desa kecil dan berjumpa dan merasa jatuh cinta dengan seorang gadis cantik. Dia tidak sadar bahwa desa itu adalah tanah kelahiran juga bahwa gadis cantik itu adalah ibunya sendiri, yand masih muda dan cantik.
Cinta mereka tumbuh sewajarnya (alami) dan suatu hari, ketika mereka membahas rencana pernikahan mereka, Dayang Sumbi tiba-tiba sadar bahwa bentuk muka dari tergores bahwa itu hanya dari anaknya sendiri, yang kiri 20 tahun lalu. Bagaimana dia dapat menikahi anaknya sendiri? Tapi dia tidak ingin mengecewakannya dengan membatalkan pernikahan itu. Jadi, walaupun dia menyetujui untuk menikah Sangkuriang, dia hanya akan membuat satu keadaan / syarat bahwa dia melengkapinya dengan sebuah danau dan sebuah perahu dengan yang mana mereka akan berlayar diatas fajar terbit di hari pernikahan mereka.
Sangkuriang menerima syarat ini dengan membangun sebuah danau oleh bendungan Sungai Citarum. Hanya dengan sebuah fajar pergi dan perahu hampir lengkap, Dayang Sumbi sadar bahwa Sangkuriang akan memenuhi persyaratan, dia dengan lengkap. Dengan sebuah ombak dari selendang kekuatan gaibnya, dia membuat cahaya diatas timur kaki langit dengan cahaya yang bersinar dengan ringan. Fajar tipuan salah, ayam jantan berkokok dan para petani bangun untuk hari yang baru.
Dengan pekerjaan yang belum lengkap, Sangkuriang sadar bahwa usahanya hilang (sia-sia). Dengan semua kemarahan, dia menendang perahu itu yang ia buat sendiri. Perahu jatuh disebserang dan terbalik sehingga menjadi Gunung Tangkuban Perahu (di Sunda Tangkuban berarti sarana perbaikan/ jungkit ballik dan perahu berarti perahu). Dengan bendungan yang berbentuk terpisah, saluran air dari danau menjadi sebuah lapang yang luas dan sekarang menjadi sebuah kota yang bernama Bandung (dari kata Bendung, yang artinya bendungan).
Source : Google
No comments:
Post a Comment