Thursday, 29 January 2009

Genesis Town of Banyuwangi.

[At] former epoch [in] area tip of Province East Java east there are a big empire which governed by a wise and fair King. The king have a so called gallant putra [of] Raden Banterang. Exasperation of Raden Banterang [is] to hunt. " This morning [is] I will hunt to forest. Prepare appliance hunt," word of Raden Banterang to [all] serving of. After equipments hunt ready to, Raden Banterang accompanied some its attendant go to forest. When Raden Banterang walk alone, he see a deer pass by quickly [in front/ahead] of him. He immediately pursue that deer till enter far to forest. He are separate with [all] its attendant.
" Kemana a mentioned deer?", word of Raden Banterang, when losing of its hunting footstep. " Will my [of] searching continue earn," its intention. Raden Banterang infiltrate coppice and grove of forest. But, that big game [do] not be found. He arrive at a very river [of] its water transparent. " Hem, very fresh [of] this river water," Raden Banterang drink that river water, feel to lose thirst. Afterwards, he leave river. But newly some step walk, [is] sudden surprised [by] arrival a pretty cutie.
" Ha? A pretty cutie? Is he is real correct a human being? Devil don't penunggu of forest," burble Raden Banterang ask around. Raden Banterang dare to come near that cutie. " You [is] human being or penunggu of forest?" address Raden Banterang. " I [is] human being," that girl [reply/ answer] at the same time smile. Raden Banterang even also introduce x'self. That cutie greeting [him/ it]. " Name of me of Surati come from empire of Klungkung". " I at one's post this because saving x'self of enemy attack. Father I have [be] killed in maintaining monarchic crown," Sharpness. Hearing that girl utterance, Raden Banterang surprised bravo. See grief of princess of Klungkung that, Raden Banterang immediately help and inviting [him/ it] [go/come] home to palace. A few moment later they menikah develop;build happy family
At one particular day, princess of Klungkung walk along alone out palace. " Surati! Surati!", call a dressy men [of] compang-camping. After perceiving that boy face, he conscious newly that which berada di depan [him/it] [is] sister contain so called him [of] Rupaksa. Intend arrival of Rupaksa is to invite its [sister/ brother] to revenge, because Raden Banterang have killed its my father. Surati narrate that he [is] wife will Raden Banterang because have is indebted. That way, Surati do not want to assist sister invitation contain him. Angry Rupaksa hear its [sister/ brother] answer. But, he have time to give a memory in the form of headband to Surati. " This Headband [is] you have to keep below/under your bed," order Rupaksa.
Meeting of Surati with sister contain unknown him by Raden Banterang, because of Raden Banterang [is] hunting [in] forest. Tatkala Raden Banterang reside in middlely [of] forest, sudden its sight [is] surprised by arrival a dressy boy [of] compang-camping. " Decant me, Raden Banterang. Threatened Safety Mr. danger planned by sir wife alone," that boy word. " Mr. can see its proof, seen a subjugated to headband [is] its [his/its] place.
That headband property of boy asked to help to kill Mr.," sharpness. After saying that words, dressy boy [of] that compang-camping lose misteriously. Surprised Raden Banterang hear that mysterious boy report. He even also immediately [go/come] home to palace. After arriving at palace, direct Raden Banterang go to peraaduan of [his/its] wife. The searching of headband which have been narrated by dressy boy [of] compang-camping which have met [in] forest. " Ha! that Correctness Word boy! This headband as evidence! You plan will kill me asked help to owner of this headband!" allege Raden Banterang to its wife " So your reciprocation [at] me?" explicitly Raden Banterang."Jangan come [from] to allege. Adinda [is] not at all mean to kill Kakanda, more than anything else ask to help to a boy!" [reply/ answer] Surati. But Raden Banterang remain to [at] its founding, that its wife that have been helped [by] will endanger its life. So, before its threatened soul, Raden Banterang in advance wish ill starredly [of] its wife.
Raden Banterang intend to engulf its wife [in] a river. After arriving at river, Raden Banterang narrate about meeting with a boy of compang-camping when hunting [in] forest. The wife even also narrate about meeting with a dressy boy [of] compang-camping [is] such as those which explained [by] its husband. " That boy [is] sister contain Adinda. He/She who give a headband to Adinda," Surati explain again, [so that/ to be] its Raden Banterang liver luluh. But, Raden Banterang remain to believe that its wife will be ill starred [of] x'self. " my Husband Kakanda! Open liver and feeling of Kakanda! Adinda volunteer die for the shake of safety of Kakanda. But making an opening for Adinda to narrate as for meeting of Adinda with sister contain so called Adinda [of] Rupaksa," say Surati remind.
" Sister of Adindalah to kill kakanda! Adinda enthused [by] aid, but Adinda tolah!". Hearing [the] mentioned , liver of Raden Banterang [do] not melt even assume its wife lie.. " Kakanda ! If this river water become its aroma fragrance and transparent, meaning Adinda not guilty! But, if remain to reek and keruh, meaning guilty Adinda!" exclaim Surati. Raden Banterang assume its wife utterance joke. Hence, Raden Banterang immediately unsheathe slipped between keris [in] its waist. At the same time that also, Surati make a bolt for middlely [of] last river disappear.
Do] not how long, happened a miracle. aroma of Nan odorous [of] merebak around river. See that occurence, Raden Banterang exclaim by ear tremble. " My wife [of] innocent! This water [of] its aroma fragrance!" What a regreting [him/ it] of Raden Banterang. He bewail death of [his/its] wife, and regret its stupidity. But have lost time
Since then, river become its aroma fragrance. In Javanese referred [as] [by] Banyuwangi. its Banyu Meaning [of] its meaning fragrant and water [of] fragrance. Name of Banyuwangi later;then become the name of town of Banyuwangi





Translate :


Asal Usul Kota Banyuwangi
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

No comments: